Air Mata Buaya Sebuah Kata Kiasan yang Masih Menjadi Misteri Asal-usulnya

Jakarta - Pernahkah kamu mendengar kiasan "Air Mata Buaya?" Kalimat ini sarat dan melekat dengan tangis palsu seseorang. Alih-alih menangis karena sedih, melainkan tangis palsu penuh kepura-puraan dengan maksud dan tujuan lain, bahkan mengarah pada kejahatan.

Ungkapan air mata buaya ini berasal dari mitos kuno yang mengatakan bahwa, hewan biasanya menangis saat memakan buruannya. Pasalnya, tangisan itu ditujukan bukan untuk si mangsa yang tewas tertikam, namun salah satu bentuk dari rasa bahagia karena bisa mengoyak tubuh korbannya.

Kini, seorang peneliti di College of Florida bernama Kent Vliet, menyimpulkan bahwa buaya benar-benar menangis saat menyantap mangsanya, tapi bukan menyesal karena membunuhnya dengan kejam, melainkan karena alasan fisiologis.

Kesimpulan itu didapat setelah Kent mengamati empat ekor caiman dan tiga aligator yang keduanya merupakan kerabat dekat buaya, saat mereka makan di lahan kering di Florida's St. Augustine Alligator Ranch Zoological Park. Hasilnya, lima dari tujuh hewan menangis saat mereka melahap korbannya.

" Ada banyak referensi dalam literary works umum tentang buaya yang diberi makan dan menangis, tapi hampir seluruh teori bersifat anekdot," kata Viet. "Dan dari perspektif biologis, ada sedikit kebingungan tentang subjek dalam literatur ilmiah, jadi kami memutuskan untuk melihat lebih dekat."

Penelitian Kent bermula saat ia diminta bantuan oleh Dr. Malcolm Shaner, seorang konsultan neurologi di Kaiser Permanente, West Los Angeles, untuk menyelidiki apakah istilah umum kedokteran dari sindrom air mata buaya memiliki dasar dalam biologis.

Shaner sendiri tengah melakukan studi menyelidiki sindrom langka terkait kelumpuhan wajah pada manusia yang menyebabkan penderitanya menangis saat makan.

Shaner dan Kent menemukan banyak referensi tentang air mata buaya dalam buku-buku yang diterbitkan ratusan tahun lalu. Menurut mereka, istilah air mata buaya mendapat popularitasnya saat buku berjudul "The Trip and Traveling of Sir John Mandeville" diterbitkan pada tahun 1400 dan dibaca oleh banyak orang.

Dalam buku itu tertulis sebuah kalimat: "Di negara itu jadilah banyak buaya ... Buaya ini membunuh manusia dan memakannya sambil menangis". Shaner dan Kent juga menemukan referensi tentang buaya yang menangis dalam literatur ilmiah, namun penjelasannya terkesan kontradiktif atau membingungkan.

Alhasil, Kent memutuskan untuk melakukan observasi sendiri. Kent memberi makan caiman dan aligator. Pilihannya jatuh kepada dua reptil ini karena mereka berdua masih berkerabat dekat dengan buaya. Hasilnya, beberapa dari mereka memang menangis saat mengonsumsi makanan.

Apa yang menyebabkan mereka menangis masih menjadi misteri. Kent yakin bahwa itu mungkin terjadi sebagai akibat dari perilaku hewan mendesis, ketika udara yang didorong melalui sinus bercampur dengan air mata di lakrimal atau kelenjar air yang mengalir ke mata.

"Namun satu hal yang pasti, kesedihan palsu bukanlah faktor penyebabnya. Saat buaya memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, mereka bersungguh-sungguh (tanpa keraguan)," katanya sebagaimana dikutip Sciencedaily.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Pelatih Sepak Bola Berhasil Ditangkap Polisi Karena Cabuli 7 Anak Didiknya Sendiri di Brebes

Kemenhub Gelar Touring Jakarta - Jambi Menggunakan Mobil Listrik, Untuk Dorong Pengunaan Kendaraan Ramah Lingkungan

Prakerja Yang lolos Sudah di Umumkan, Berikut 2 Cara Mengecek Kelolosannya